Selasa, 03 Oktober 2017

Guru yang Berhasil

Fakta yang menarik adalah bahwa guru yang baik ternyata harus menjadi konselor yang baik bagi murid-muridnya. Itu sebabnya seorang guru harus belajar mendalami konseling agar dia sukses. Dalam tulisan “Good Teaching” oleh Theodore R. Sizer, mantan Pembantu Rektor bidang Akademik di Harvard University College of Education mengatakan bahwa guru hendaknya menjadi guru profesional yaitu mengetahui hal-hal sederhana soal konseling, termasuk dalam hal-hal yang kecil sehingga murid bertumbuh. Ada beberapa poin yang dia sampaikan:

        Mengenal nama dari siswa dan panggil siswa dengan namanya.

        Memberikan salam kepada siswa dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.

        Pergi menghadiri acara-acara siswa di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.

        Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?

        Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang dilakukan seorang siswa. Ini akan melukai hati siswa.

        Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA.

        Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.

        Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu menyontek…, Amir, kamu kurang belajar dan malas sepertinya… Hasan, kamu kok bau ya, apakah kamu tidak mandi pagi? Besok mandi ya… Mei, kamu suka mengganggu…)

        Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.

        Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.

        Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap murid-murid yang kita juluki “nakal” atau mengganggu.

        Menjadi teman siswa, namun jaga jarak juga.

        Jangan pernah menyerah dengan siswa kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, dsb.

        Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.

    Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar dan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar